Baru saja mengintip di http://lajangdanmenikah.com/
dimana ada sebuah kalimat yang #jleb banget.
Hati perempuan itu adalah kunci dari
segalanya. Dalamnya bisa mengalahkan palung terdalam sekalipun dan dengan
lika-liku yang rumitnya seperti birokrasi di negara kita –diperlukan trik
khusus untuk bisa menanganinya. Dan perempuan, biasanya, punya hati hanya
untuk satu nama, seumur hidup.
Hei.. apa kau lihat ini? Tulisan ini?
Bisa iya, bisa tidak.
Saya ingin dia tahu, bahwa saya
tengah (belajar) mencintainya. Tapi saya tidak merasa bahwa saya dicintai oleh-nya.
Saya pernah berada di posisi dimana saya mencintai. Sangat mencintai
seseorng yang saya sayang. Tapi karena tidak adanya keseimbangan, maka hati
saya menjadi lelah.
Saya khawatir jika suatu hari nanti, dia
akan menjauh perlahan.
Meskipun dengan keukeuh-nya dia berkata bahwa hubungan dan tali
silaturahim ini akan tetap dijaga.
Ingin sekali saya mengatakan, bahwa saya ingin suatu kejelasan dalam sebuah
hubungan. Tidak seperti kata Armada, “mau
dibawa kemana hubungan kita?”
Namun, saya sadar, saya tidak bisa menuntut banyak padanya. Saya tak mau
cinta yang seperti balon. Bila dipegang erat-erat. Dar!
Hati saya saat ini, bagai dua sisi mata uang. Dimana di satu sisi, saya
berharap banyak kepada-nya. Tapi di
sisi lain saya sadar, saya tak bisa menuntut banyak.
Saya tidak mau jika kita hanya menjadi teman.
Saya tidak mau seperti apa yang kamu katakan bahwa kita teman sejati.
Saya tidak mau jika kamu bersikap biasa-biasa saja, sementara hati saya
telah saya titipkan padamu.
Saya mau menjadi yang spesial.
Saya mau menjadi teman yang berjalan saling beriringan dan saling
menggenggam tangan.
Apa permintaan saya terlalu banyak?
Jadi, apa yang harus saya lakukan?
Menunggu (lagi) ?
Baiklah, ini kesempatan terakhir. Dan kita lihat, akan bermuara kemana
hubungan ini nantinya.
Tapi, please jangan buat saya
terlalu menunggu lama.
Hati saya lelah.
Add caption |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar