Rasulullah
bersabda : ”Rajab itu bulan Allah, Sya’ban
itu bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku.” Telah masyhur adanya bahwa
Rajab, Sya’ban, dan Ramadhan merupakan tiga bulan mulia. Syekh Abdul Qadir Jailani menganalogikan ketiga bulan ini sebagai
sebatang pohon yang sedang tumbuh dengan gagahnya. Rajab adalah saat tumbuhnya
pucuk-pucuk daun, Sya’ban saat buah-buahan mulai keluar, dan Ramadhan adalah
saat memetiknya.
Disebut pula
bahwa Rajab adalah bulan penyucian badan. Fase ini kemudian berlanjut di Sya’ban
sebagai bulan penyucian hati, dan disempurnakan Ramadhan sebagai penyucian ruh.
Beberapa ulama memaknai bulan ini dari
huruf-huruf yang membentuknya. Ra
berasal dari kalimat Rahmatullah
(rahmat Allah), Jim bermakna Jinayatul Abdi (kesalahan hamba Allah), sedang Ba dimaknai sebagai Birullah
(kebajikan Allah).
Karena itulah
pada bulan ini perang dilarang. Tak pantas menumpahkan darah pada bulan yang
telah tersemat gelar syahrullah
(bulan Allah) pada dirinya. Keadaan ini juga berakibat Rajab sering disebut Al-Summun, bulan yang tuli, sunyi dari
dentingan tombak dan kibasan pedang.
Tentu banyak
fadilah di bulan ini. Anas bin Malik
meriwayatkan sebuah hadits yang mengisahkan bahwa Rasulullah bersabda : “Barang siapa menunaikan sholat (sunnah) dua
puluh rakaat setelah maghrib di awal Rajab dengan membaca Al-Fatihah dan surah
Al-Ikhlas pada setiap rakaat dan dijadikan sepuluh kali salam, maka Allah akan
menjaga dirinya dan keluarganya dari malapetaka dunia dan azab akhirat”
Ibnu Masud meriwayatkan bahwa
Rasulullah bersabda : “Siapa yang
berpuasa tiga hari dalam bulan Rajab dan malamnya mendirikan sholat baginya
pahala seperti berpuasa tiga ribu tahun dan Allah mengampuni tujuh puluh dosa
besar setiap hari.”
Puasa memang
sangat disunnahkan di bulan Rajab. Rasulullah diriwayatkan bersabda bahwa siapa
yang berpuasa sehari di bulan Rajab dengan iman dan kepatuhan, maka ia akan
mendapatkan ridha Allah yang sangat besar. Barangsiapa berpuasa dua hari di
bulan Rajab maka ia memiliki kemuliaan di sisi Allah yang tak bernilai dan tak
dapat tergambarkan oleh siapa pun. Barangsiapa berpuasa tiga hari dalam bulan
Rajab maka ia akan dijaga dari malapetaka dunia dan siksaan akhirat, serta
terhindar dari gila, penyakit berat serta fitnah Dajjal.
Barangsiapa berpuasa
tujuh hari di bulan Rajab maka akan ditutup tujuh pintu neraka baginya. Barangsiapa
yang berpuasa delapan hari di bulan Rajab maka akan dibukakan delapan pintu surge
baginya. Barangsiapa yang berpuasa sepuluh hari, maka tak satupun permohonannya
yang tak dikabulkan oleh Allah. Dan barangsiapa yang berpuasa lima belas hari
di bulan Rajab maka semua dosanya akan diampuni oleh Allah. Semua kesalahnnya
akan diganti dengan pahala yang bertambah terus.
Bulan Pengukuhan
Tak dapat
kiranya kita melepaskan peristiwa Isra dan Mikraj nabi Muhammad saw. Pada bulan yang mulia ini. Husein Haekal, pakar sejarah Nabi, menyebut bahwa pada malam 27 Rajab,
dua tahun sebelum Hijrah, Nabi tengah berada di rumah saudara sepupunya, Hindun, putrid Abu Thalib, yang
terkenal dengan panggilan Ummu Hani.
“Malam itu
Rasulullah bermalamdi rumah saya. Selesai sholat akhir malam, ia tidur dan kami
juga tidur. Saat fajar belum lagi datang, beliau sudah membangunkan kami. Sesudah
melakukan ibadah pagi bersama-sama kami, ia berkata, ‘Ummu Hani, saya sudah
sholat akhir malam bersama kamu sekalian seperti kau lihat. Kemudian saya ke
Baitul Maqdis dan sholat di sana. Sekarang saya sholat siang bersama-sama kamu
seperti kau lihat,” ujar Nabi.
Ummu Hani
terkejut. Otaknya meyerap cerita keponakan ayahnya itu sebagai sebuah
kemustahilan. Tapi imannya berbicara, hingga ia mempercayainya. Sadar cerita itu
tak akan mudah diterima oleh orang lain, apalagi yang tidak beriman ia
menyampaikan pesan, “Rasulullah, janganlah kau menceritakan ini kepada orang
lain. Orang akan mendustakan dan akan mengganggumu lagi.”
“Tapi saya
harus ceritakan hal ini pada mereka,” ujar Nabi.
Dan kita
ketahui bahwa ada beberapa golongan mukmin yang menjadi murtad setelah
kebenaran ini disampaikan Rasulullah. Kaum kafir mengejek beliau. Tapi Isra dan
Mikraj memang harus disampaikan Nabi. Itulah peristiwa dimana Rasulullah
menyaksikan kekuasaan Allah yang sebenarnya. Beliau menembus tujuh langit dan
menyaksikan keagungan Sidratal Muntaha, satu tempat yang tak akan dapat kita
bayangkan seperti apa rupanya. Beliau juga menerima perintah pengukuhan sholat
sebagai system procedural yang telah sempurna dalam relasi penghambaan antara
manusia dan Khlaiknya. Sebelumnya Nabi juga pernah melaksanakan sholat, ruku
dan sujud setelah dirinya dilantik sebagai utusan. Sholat beliau yang telah
dilaksanakan, yang konon telah membuat Ali
bin Abi Thalib masuk Islam, emperoleh legitimasinya langsung di Arsy Allah
yang mulia.
Rajab dipenuhi
berkah Allah. Salahuddin Al-Ayyubi,
mujahid yang mulia, telah merasakan berkah itu saat ia dan pasukannya berhasil
merebut Baitul Maqdis dari tangan tentara salib, tepat di hari peringatan Isra
dan Mikraj, 27 Rajab 583 H. mereka membersihkan Masjidil Aqsa dengan bunga dan
mengumandangkan adzan. Rumah Allah itu menadi wangi, sewangi tanah surge yang
disediakan Allah untuk hamba yang sujud pada-Nya.
Allahumma baariklana fii rajaba wa sya'baana wa balighnaa romadhoon aamiin.
BalasHapus