Warna-Warni Kita

Warna-Warni Kita

Senin, 21 Mei 2012

RAJAB, Bulan Allah, Bulan Sholat

Rasulullah bersabda : ”Rajab itu bulan Allah, Sya’ban itu bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku.” Telah masyhur adanya bahwa Rajab, Sya’ban, dan Ramadhan merupakan tiga bulan mulia. Syekh Abdul Qadir Jailani menganalogikan ketiga bulan ini sebagai sebatang pohon yang sedang tumbuh dengan gagahnya. Rajab adalah saat tumbuhnya pucuk-pucuk daun, Sya’ban saat buah-buahan mulai keluar, dan Ramadhan adalah saat memetiknya.
Disebut pula bahwa Rajab adalah bulan penyucian badan. Fase ini kemudian berlanjut di Sya’ban sebagai bulan penyucian hati, dan disempurnakan Ramadhan sebagai penyucian ruh. Beberapa ulama memaknai  bulan ini dari huruf-huruf yang membentuknya. Ra berasal dari kalimat Rahmatullah (rahmat Allah), Jim bermakna Jinayatul Abdi (kesalahan hamba  Allah), sedang Ba dimaknai sebagai Birullah (kebajikan Allah).
Karena itulah pada bulan ini perang dilarang. Tak pantas menumpahkan darah pada bulan yang telah tersemat gelar syahrullah (bulan Allah) pada dirinya. Keadaan ini juga berakibat Rajab sering disebut Al-Summun, bulan yang tuli, sunyi dari dentingan tombak dan kibasan pedang.
Tentu banyak fadilah di bulan ini. Anas bin Malik meriwayatkan sebuah hadits yang mengisahkan bahwa Rasulullah bersabda : “Barang siapa menunaikan sholat (sunnah) dua puluh rakaat setelah maghrib di awal Rajab dengan membaca Al-Fatihah dan surah Al-Ikhlas pada setiap rakaat dan dijadikan sepuluh kali salam, maka Allah akan menjaga dirinya dan keluarganya dari malapetaka dunia dan azab akhirat
Ibnu Masud meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda : “Siapa yang berpuasa tiga hari dalam bulan Rajab dan malamnya mendirikan sholat baginya pahala seperti berpuasa tiga ribu tahun dan Allah mengampuni tujuh puluh dosa besar setiap hari.”
Puasa memang sangat disunnahkan di bulan Rajab. Rasulullah diriwayatkan bersabda bahwa siapa yang berpuasa sehari di bulan Rajab dengan iman dan kepatuhan, maka ia akan mendapatkan ridha Allah yang sangat besar. Barangsiapa berpuasa dua hari di bulan Rajab maka ia memiliki kemuliaan di sisi Allah yang tak bernilai dan tak dapat tergambarkan oleh siapa pun. Barangsiapa berpuasa tiga hari dalam bulan Rajab maka ia akan dijaga dari malapetaka dunia dan siksaan akhirat, serta terhindar dari gila, penyakit berat serta fitnah Dajjal.
Barangsiapa berpuasa tujuh hari di bulan Rajab maka akan ditutup tujuh pintu neraka baginya. Barangsiapa yang berpuasa delapan hari di bulan Rajab maka akan dibukakan delapan pintu surge baginya. Barangsiapa yang berpuasa sepuluh hari, maka tak satupun permohonannya yang tak dikabulkan oleh Allah. Dan barangsiapa yang berpuasa lima belas hari di bulan Rajab maka semua dosanya akan diampuni oleh Allah. Semua kesalahnnya akan diganti dengan pahala yang bertambah terus.


Bulan Pengukuhan
Tak dapat kiranya kita melepaskan peristiwa Isra dan Mikraj nabi Muhammad saw. Pada bulan yang mulia ini. Husein Haekal, pakar sejarah Nabi, menyebut bahwa pada malam 27 Rajab, dua tahun sebelum Hijrah, Nabi tengah berada di rumah saudara sepupunya, Hindun, putrid Abu Thalib, yang terkenal dengan panggilan Ummu Hani.
“Malam itu Rasulullah bermalamdi rumah saya. Selesai sholat akhir malam, ia tidur dan kami juga tidur. Saat fajar belum lagi datang, beliau sudah membangunkan kami. Sesudah melakukan ibadah pagi bersama-sama kami, ia berkata, ‘Ummu Hani, saya sudah sholat akhir malam bersama kamu sekalian seperti kau lihat. Kemudian saya ke Baitul Maqdis dan sholat di sana. Sekarang saya sholat siang bersama-sama kamu seperti kau lihat,” ujar Nabi.
Ummu Hani terkejut. Otaknya meyerap cerita keponakan ayahnya itu sebagai sebuah kemustahilan. Tapi imannya berbicara, hingga ia mempercayainya. Sadar cerita itu tak akan mudah diterima oleh orang lain, apalagi yang tidak beriman ia menyampaikan pesan, “Rasulullah, janganlah kau menceritakan ini kepada orang lain. Orang akan mendustakan dan akan mengganggumu lagi.”
“Tapi saya harus ceritakan hal ini pada mereka,” ujar Nabi.
Dan kita ketahui bahwa ada beberapa golongan mukmin yang menjadi murtad setelah kebenaran ini disampaikan Rasulullah. Kaum kafir mengejek beliau. Tapi Isra dan Mikraj memang harus disampaikan Nabi. Itulah peristiwa dimana Rasulullah menyaksikan kekuasaan Allah yang sebenarnya. Beliau menembus tujuh langit dan menyaksikan keagungan Sidratal Muntaha, satu tempat yang tak akan dapat kita bayangkan seperti apa rupanya. Beliau juga menerima perintah pengukuhan sholat sebagai system procedural yang telah sempurna dalam relasi penghambaan antara manusia dan Khlaiknya. Sebelumnya Nabi juga pernah melaksanakan sholat, ruku dan sujud setelah dirinya dilantik sebagai utusan. Sholat beliau yang telah dilaksanakan, yang konon telah membuat Ali bin Abi Thalib masuk Islam, emperoleh legitimasinya langsung di Arsy Allah yang mulia.
Rajab dipenuhi berkah Allah. Salahuddin Al-Ayyubi, mujahid yang mulia, telah merasakan berkah itu saat ia dan pasukannya berhasil merebut Baitul Maqdis dari tangan tentara salib, tepat di hari peringatan Isra dan Mikraj, 27 Rajab 583 H. mereka membersihkan Masjidil Aqsa dengan bunga dan mengumandangkan adzan. Rumah Allah itu menadi wangi, sewangi tanah surge yang disediakan Allah untuk hamba yang sujud pada-Nya.

1 komentar:

  1. Allahumma baariklana fii rajaba wa sya'baana wa balighnaa romadhoon aamiin.

    BalasHapus